Sunday, February 18, 2007

Monday, February 12, 2007

Sumatera Utara Patut Di Tiru

Disadur dari Harian Kompas Senin 12 Feb 2007

Gubernur Sulawesi Utara, SH Sarundajang, memberi pernyataan bahwa Sulut akan membuat perda khusus seperti kewajiban menanam 10 pohon bagi pasangan yang akan menikah. Hal ini sudah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan.

Hal ini perlu ditiru oleh daerah-daerah lain di Indonesia untuk meningkatkan kelestarian lingkungan. Bukan hanya memotong pohon dan menggantinya dengan gedung, tapi menanam pohon-pohon yang baru. Kalau ini benar dilakukan, maka bila ada 1000 pasangan menikah, akan ada 10,000 pohon baru.  Wow... Keep up the good work Pak!

Monday, February 5, 2007

Raket Nyamuk. Sehat, bersih, dan lebih puas


Saya sempat bingung ketika makan di satu restoran sehat di Kemang ketika pelayan disana memberikan saya dan istri masing-masing raket nyamuk karena ternyata memang disana ada cukup banyak nyamuk. Saya pun lalu bertanya kepada sang pelayan mengapa. Lalu dia menjelaskan bahwa peraturan manajemen disana tidak memperbolehkan menggunakan obat nyamuk semprot yang menggunakan bahan-bahan kimia karena itu dapat merusak kesehatan dan kemungkinan makanan juga.

Setelah itu saya pun walau sudah lama memakai raket nyamuk mulai membiasakan agar rumah tidak banyak menggunakan obat nyamuk. Sebisa mungkin rumah terutama di lantai atas saya beri kawat nyamuk di semua jendela sehingga sudah pasti tidak ada nyamuk dan bila ada nyamuk pun, saya sudah siapkan raket nyamuk. Saya pun lebih merasa lega karena memang kadang bau dari obat nyamuk itu sangat menyengat dan siapa yang tahu, setelah bertahun-tahun terkena obat nyamuk apa yang akan terjadi pada kesehatan saya nanti. Kalaupun tidak terhirup, bahan kimia obat nyamuk akan menempel pada furniture dan lain-lain yang kita pegang sehingga masih ada kemungkinan untuk masuk ke badan kita.

Oleh sebab itu, pakai seminim mungkin penggunaan obat nyamuk dan pergunakan lebih banyak raket nyamuk yang akan membuat kita lebih olahraga dan puas ketika mendapat nyamuk.

Saturday, February 3, 2007

Biodiesel: Solusi atau Problem?


Pemerintah sedang gembar-gembor untuk memakai biodiesel dimana diharapkan dengan solusi ini maka penggunaan solar dapat dikurangi karena adanya campuran dengan solar yang merupakan hasil proses dari minyak kepala sawit, jagung, kedelai, jarak, tebu, singkong dll.

Manusia secara bergenerasi telah bercocok tanam untuk kebutuhan makan sehari-hari. Sekarang pun kita masih dapat melihat adanya kekurangan pangan dari negara kita. Kita masih belum bisa berswasembada pangan. Dengan adanya pertumbuhan dari kedua pihak antara populasi manusia dan mobil, kalau kita akan menggunakan bahan makanan yang kira perlukan itu untuk menjadi energi, apakah kita ingin memberi makan untuk orang atau mobil?

Tidak akan ada lahan, air ataupun tanah produktif yang cukup untuk dapat menggantikan seluruh kebutuhan energi kita. Produksi dari biodiesel itu sendiri pun menggunakan banyak sekali lahan dan energi. Produksi lahan tanaman seperti kelapa sawit atau jarak akan memerlukan pupuk yang dibuat dari hasil gas alam, pestisida yang juga merupakan turunan dari minyak, input dari energi lainnya seperti bahan bakar untuk traktor, truk pengangkut, dan pabrik penyulingannya. Selain itu, lahan tersebut juga akan memerlukan air dan harus mengurangi daya kesuburan tanah.

Bila kita lihat energi yang digunakan, maka biodiesel akan memakai energi yang lebih banyak dalam tahap produksinya dibandingkan dengan minyak bumi biasa, dari sumur explorasi sampai dipakai di mobil.

Dengan adanya kompetisi antara kebutuhan makan manusia dan energi, maka dengan menipisnya supply dan tingginya demand akan menaikkan harga komoditi tersebut sehingga pada akhir dari rantai tersebut maka produk akhir yang dijual kepada pelanggan pun akan lebih mahal. Contohnya, bila harga minyak kelapa sawit naik, karena minyak kelapa sawit adalah bahan dasar untuk pembuatan dari es krim, biskuit, mentega, minyak goreng hingga sabun dan shampoo, maka dapat dibayangkan konsekuensi naiknya harga CPO kepada seluruh inflasi dan ekonomi kita.

Para pengusaha pun dengan adanya kenaikan harga akan menjadi insentif mereka untuk menanam lebih banyak lagi. Dan bila hutan heterogen kita yang penuh dengan tanaman berguna serta binatang yang bergantung pada ekosistem tersebut, akan musnah dengan adanya hutan homogen dari perkebunan besar itu. Akhirnya adalah musnahnya spesies tanaman dan binatang yang penting untuk keseimbangan alam kita.

Solusi yang paling baik tetap untuk mencari solusi terbaik energi alternatif yang terbarukan dari air/ombak, angin dan sinar matahari.

Thursday, February 1, 2007

Eco-Driving. Perlu dilakukan semua pengendara mobil


Banyak orang berkata bahwa untuk menghemat energi dan polusi dari kendaraan kita harus memakai bahan bakar nabati seperti bio-diesel atau bio-ethanol. Lebih dari itu, lebih baik ”nanti” kita membeli mobil bertenaga gabungan atau hybrid car. Memang semua itu baik untuk dilakukan mulai sekarang dan saya sungguh mendukung itu semua.

Akan tetapi, bagaimana dengan kita yang tidak mampu mengganti mobil tua kita? Yang memang untuk standard sekarang sudah tidak efisien dan boros energi?

Ternyata mobil tua yang sudah 20 tahun pun masih dapat berhemat, dengan cara Eco-Driving yaitu mengendara yang hemat energi. Eco-Driving telah disurvey dapat menghemat sampai dengan 30% penggunaan bahan bakar. Beberapa cara diantaranya adalah:

1. Mengendara dengan stabil antara 1200-3000 RPM. Pedal jangan terlalu cepat ditekan.
2. Usahakan mengendara dengan gigi transmisi yang lebih tinggi antara 2000-2500 RPM. Kendarakan mobil di gigi tinggi pada kecepatan rendah - istilahnya adalah "kecepatan 50 dengan gigi 4". Gigi transmisi tinggi menggunakan bahan bakar yang lebih sedikit untuk pembakaran dan dapat menghemat sangat banyak.
3. Isi tekanan ban sedikit melebihi (10%) syarat yang dianjurkan oleh pabrik mobil
4. Biasakan untuk sering membersihkan filter mobil
5. Usahakan seminim mungkin menggunakan pedal gas.
6. Tukar gigi ke netral bila akan berhenti di lampu merah.
7. Lebih banyak antisipasi selama berkendara untuk mencegah akselerasi, deselerasi, memotong atau berkendara yang agresif.
8. Kalau udara tidak terlalu panas, hentikan pemakaian AC dan set temperatur di atas 21 derajat celcius
9. Jalan kaki atau gunakan sepeda untuk rute yang dekat. Penggunan mobil saat masih dingin menggunakan bahan bakar 300% lebih banyak

Apa anda juga memiliki ide-ide lainnya?

Jangan lupa lihat www.ecodrive.org